Apa
sebenarnya “CINTA” itu? Sangat sulit untuk menafsirkannya, karena makna cinta
berpulang kembali kepada si penafsir itu itu sendiri. Ada cinta sejati, ada
cinta segitiga, ada cinta monyet, ada cinta lokasi, dan seabreg kata cinta yang
lainnya. Lalu apa cinta itu ya……..
Tak dapat dipungkiri, kasih sayang adalah pemberian Allah SWT kepada hamba-Nya. Dari sifat ke-Maha Sucian Allah, kasih sayang itu memunculkan cinta sebagaimana pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta”. Bentuk cinta tidak dapat diterka, tetapi dampaknya luar biasa.
Cinta adalah software yang Allah SWT ciptakan pada manusia, yang dapat mengangkat harkat manusia jika manusia itu berhasil mengemas cinta yang tepat dijalan-Nya. Akan tetapi, kenyataannya tidak sedikit ada kemaksiatan, perzinahan yang muncul atas nama cinta.
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang ataupun rasa sangat kasih atau tertarik hatinya. Sedangkan pacaran merupakan suatu fase untuk saling “observasi” atau mencari tahu atau penjajagan kepribadian lawan jenis. Maksudnya mengenal dirinya, keluarganya dan lingkungannya. Termasuk mengenal lebih dekat sifat, watak dan kegemaran lawan jenis. Dengan demikian, kelak bisa diketahui apakah layak atau tidak untuk dilanjutkan kejenjang pernikahan.
Kata pacar sendiri berasal dari nama sejenis tanaman hias yang cepat layu dan mudah disemaikan kembali, tanaman ini tidak bernilai ekonomis (murah) sehingga tidak diperjualbelikan. Hal ini sebagai simbol bahwa pacaran adalah perilaku yang tidak bernilai. Jika suatu waktu puas dengan pacarnya, maka dia akan mudah beralih kepada pacarnya yang baru.
Menurut Kahlil Gibran cinta mengarahkan manusia pada Allah, dan karena cinta pula Allah mempertemukan diri-Nya kepada manusia. Lantaran itu dalam pandangan Gibran cinta sesungguhnya adalah cinta atas nama Allah dan cinta kepada Allah itu sendiri, karena segala sesuatu adalah pantulan dan imanensi dari Sang Mahacinta. Cinta kepada yang lain selain Allah, tetapi atas nama dan di dasarkan pada Allah akan membawa manusia dan alam semesta kepada persekutuan dengan Allah. Hal ini terungkap jelas dalam tulisannya yang berjudul Cinta Keindahan Kesunyian, (Yogyakarta, Bentang Budaya, 1999, hal. 72-74)
“Cinta membimbingku mendekati-Mu namun kemudian kegelisahan membawaku menjauhinya. Aku telah meninggalkan pembaringanku, cinta, karena takut pada hantu kelupaan yang bersembunyi di balik selimut kantuk. Bangun, bangun, cintaku, dan dengarkan aku. Aku mendengarkan-Mu, kekasihku! Aku mendengar panggilan-Mu dari dalam lautan dan merasakan kelembutan sayap-sayap-Mu. Aku telah menginggalkan pembaringanku dan berjalan di atas rerumputan. Embun malam membasahi kaki dan keliman pakaianku, di sini aku berdiri di bawah bunga-bunga pohon Almond, memperhatikan ruh-Mu.”
Terus, bagaimana cinta menurut anda? Silahkan menafsirkan sendiri. Bagi saya sendiri, cinta adalah sesuatu yang agung dan sakral sebagai anugerah Allah SWT yang harus kita syukuri dan kita jada akan kesuciannya. Cinta kepada sesama, cinta kepada lingkungan dan cinta kepada alam semesta.
Tak dapat dipungkiri, kasih sayang adalah pemberian Allah SWT kepada hamba-Nya. Dari sifat ke-Maha Sucian Allah, kasih sayang itu memunculkan cinta sebagaimana pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta”. Bentuk cinta tidak dapat diterka, tetapi dampaknya luar biasa.
Cinta adalah software yang Allah SWT ciptakan pada manusia, yang dapat mengangkat harkat manusia jika manusia itu berhasil mengemas cinta yang tepat dijalan-Nya. Akan tetapi, kenyataannya tidak sedikit ada kemaksiatan, perzinahan yang muncul atas nama cinta.
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang ataupun rasa sangat kasih atau tertarik hatinya. Sedangkan pacaran merupakan suatu fase untuk saling “observasi” atau mencari tahu atau penjajagan kepribadian lawan jenis. Maksudnya mengenal dirinya, keluarganya dan lingkungannya. Termasuk mengenal lebih dekat sifat, watak dan kegemaran lawan jenis. Dengan demikian, kelak bisa diketahui apakah layak atau tidak untuk dilanjutkan kejenjang pernikahan.
Kata pacar sendiri berasal dari nama sejenis tanaman hias yang cepat layu dan mudah disemaikan kembali, tanaman ini tidak bernilai ekonomis (murah) sehingga tidak diperjualbelikan. Hal ini sebagai simbol bahwa pacaran adalah perilaku yang tidak bernilai. Jika suatu waktu puas dengan pacarnya, maka dia akan mudah beralih kepada pacarnya yang baru.
Menurut Kahlil Gibran cinta mengarahkan manusia pada Allah, dan karena cinta pula Allah mempertemukan diri-Nya kepada manusia. Lantaran itu dalam pandangan Gibran cinta sesungguhnya adalah cinta atas nama Allah dan cinta kepada Allah itu sendiri, karena segala sesuatu adalah pantulan dan imanensi dari Sang Mahacinta. Cinta kepada yang lain selain Allah, tetapi atas nama dan di dasarkan pada Allah akan membawa manusia dan alam semesta kepada persekutuan dengan Allah. Hal ini terungkap jelas dalam tulisannya yang berjudul Cinta Keindahan Kesunyian, (Yogyakarta, Bentang Budaya, 1999, hal. 72-74)
“Cinta membimbingku mendekati-Mu namun kemudian kegelisahan membawaku menjauhinya. Aku telah meninggalkan pembaringanku, cinta, karena takut pada hantu kelupaan yang bersembunyi di balik selimut kantuk. Bangun, bangun, cintaku, dan dengarkan aku. Aku mendengarkan-Mu, kekasihku! Aku mendengar panggilan-Mu dari dalam lautan dan merasakan kelembutan sayap-sayap-Mu. Aku telah menginggalkan pembaringanku dan berjalan di atas rerumputan. Embun malam membasahi kaki dan keliman pakaianku, di sini aku berdiri di bawah bunga-bunga pohon Almond, memperhatikan ruh-Mu.”
Terus, bagaimana cinta menurut anda? Silahkan menafsirkan sendiri. Bagi saya sendiri, cinta adalah sesuatu yang agung dan sakral sebagai anugerah Allah SWT yang harus kita syukuri dan kita jada akan kesuciannya. Cinta kepada sesama, cinta kepada lingkungan dan cinta kepada alam semesta.
0 komentar:
Posting Komentar