Siapapun akan mengakui bahwa keberadaan sahabat adalah sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Nabi juga memberikan contoh nyata, bahwa dalam menunaikan amanah untuk menyebarkan Islam, beliau memiliki banyak sahabat yang tulus dalam keadaan suka dan dukanya.
Sedemikian mudah dipahami tentang betapa pentingnya posisi sahabat ini dalam kehidupan bagi setiap orang. Namun pada kenyataannya tidak semua orang menyadari dan memahaminya secara mendalam, sehingga hal itu harus dijaga dan atau dipelihara. Siapapun akan menjadi enak hidupnya dan akan berhasil cita-citanya manakala memiliki banyak teman atau sahabat.
Tentang betapa pentingnya persahabatan ini, Rasulullah memberikan contoh bagaimana bersahabat yang baik dengan orang lain. Beliau memiliki banyak sahabat, di antaranya adalah Abubakar, Umar, Ustman, Ali dan sangat banyak lagi lainnya. Mereka itu hidup dan berjuang mendampingi Nabi untuk memperkenalkan dan menegakkan ajaran Islam, mulai tatkala masih dari Makkah hingga sampai ke Madinah.
Selain ketauladanan, Nabi memberikan nasehat tentang bagaimana menjaga persahabatan itu. Antar sesama muslim seharusnya dibangunan hubungan yang kokoh, digambarkan bagaikan tubuh yang satu, maka antara bagian satu dengan bagian lainnya hendaknya saling memperkokoh. Manakala bagian tubuh ada yang sakit, maka bagian yang sakit itu akan dirasakan oleh seluruh tubuhnya.
Ikatan persahabatan itu sedemikian penting, hingga dikaitkan dengan keimanan seseorang. Seseorang yang mengaku dirinya beriman maka harus mencintai sesama saudaranya atau sahabat-sahabatnya. Dikatakan oleh Nabi bahwa, tidak sempurna iman seseorang hingga ia sanggup mencintai saudaranya sebagaimana cintanya terhadap dirinya sendiri.
Begitu indahnya ikatan yang seharusnya dibangun dan dijalin di antara sesama muslim dalam Islam. Namun demikian, ternyata tidak semua orang mampu menjalaninya. Semangat untuk menang atas temannya, seringkali mengalahkan rasio dan juga ajaran Islam yang sedemikian indah itu.
Temannya sendiri yang semula diajak bekerjasama dalam suasana suka dan duka, tanpa merasa malu, mereka sengaja disakiti, disinggung perasaannya, dan bahkan juga disingkir-singkirkan.
Temannya sendiri yang semula diajak bekerjasama dalam suasana suka dan duka, tanpa merasa malu, mereka sengaja disakiti, disinggung perasaannya, dan bahkan juga disingkir-singkirkan.
Dalam Islam, jika terdapat perbedaan, mestinya harus dicari himkahnya. Tidak selayaknya, perbedaan itu dijadikan dinding pembatas, hingga saling tidak ketemu di antara sesama. Di antara sesama muslim tidak mengapa membentuk organisasi sosial dan bahkan politik berbeda-beda, tetapi ummat tidak boleh dibiarkan bercerai berai. Mereka harus tetap dipersatuan secara kokoh. Antar organisasi keagamaan yang berbeda seharusnya saling memperkokoh, dan bukan sebaliknya, saling menyalahkan dan bahkan melemahkan.
Munculnya korupsi, kolusi dan nepotisme seperti yang sehari-hari terdengar di negeri ini, sebenarnya adalah oleh karena banyak pemimpin yang tidak menghayati nilai-nilai luhur persahabatan ini. Manakala seseorang selalu sadar akan kebutuhan orang lain, maka tidak akan melakukan kesalahan, berupa mengambil sesuatu yang bukan haknya, apalagi mereka tahu bahwa apa yang dilakukan akan menganggu kehidupan bersama.
Tanpa ada kesadaran terhadap betapa pentingnya persahabatan, maka yang terjadi adalah saling mengintai kesalahan orang lain. Dicarilah bukti-bukti agar orang lain, sekalipun sahabatnya sendiri, agar masuk penjara. Tatkala orang lain menderita, maka merasa senang. Padahal seharusnya bersikap sebaliknya, yaitu akan merasa senang tatkala teman, saudara, dan para sahabatnya menjadi senang. Namun akhir-akhir ini ada sementara orang yang justru sebaliknya, merasa senang tatkala teman, saudara, dan sahabatnya mengalami kesusahan.
Betapa sulitnya menjaga persahabatan, hingga antara sesama pegawai atau profesi yang berada di satu kantor dan bahkan satu ruangan tidak mampu saling menjalin hubungan yang harmonis. Namun betapapun beratnya, persahabatan harus dijaga, sebab tidak akan mungkin seseorang memetik keberhasilan tanpa sahabat yang bisa diajak bekerjasama. Membangun dan menjalin persahabatan harus didasari oleh niat ikhlas, karena Allah, dan bukan karena ikatan kepentingan sederhana.
Persahabatan menjadi terjaga, manakala di antara sesama terjadi saling memahami, menghormati, dan menerima apa adanya. Setiap orang atas pembawaan, asal usul lingkungan keluarga, dan latar belakang pendidikannya memiliki karakter, watak dan perilaku yang beraneka ragam. Manakala semua perbedaaan itu bisa dipahami dan diterima seperti apa adanya, ------dan tidak selalu berpikir seharusnya, maka persahabatan itu akan selalu terjaga.
Kekurangan yang dimiliki oleh teman, kawan, dan sahabat, tidak dijadikan sebab untuk saling berpisah, tetapi sebaliknya kekurangan itu seharusnya justru segera ditutupi. Demikian pula kesalahan bukan segera dihukum, tetapi diingatkan, diluruskan, dan bahkan segera dimaafkan. Itulah persahabatan sejati. Tuhan mengajarkan yang demikian, ialah agar menutrupi kekurangan orang lain, dan menjadi seorang pemaaf. Wallahu a’lam.
Sumber: inforemaja.com
0 komentar:
Posting Komentar